Kitab Alfiyah Ibnu Malik adalah kitab nahwu shorof lengkap berbentuk nadhom atau syair yang terdiri atas 1.002 bait, itulah kenapa dinamakan dengan alfiyah yang berarti seribu.
Kitab ini banyak dipelajari oleh santri-santri di Pondok Pesantren, biasanya dipelajari setelah mereka belajar Jurumiyah dan Imriti.
Belajar Alfiyah memang akan lebih mudah jika kita sudah belajar kitab nahwu dan shorof yang lebih rendah dari Alfiyah, semisal Kitab Jurumiyah dan Kitab Imriti tadi.
Jika langsung belajar alfiyah, agak kaget rasanya.
Jika kita sudah belajar jurumiyah, setidaknya sudah ada dasar mengenai pembagian kalimat menjadi fi’il, isim, huruf dan tahu apa tanda-tandanya.
Selain itu kita juga sudah tahu mengenai i’rab, kapan harus dibaca rofa’ nashab, jer dan jazm.
Kita sudah tahu istilah marfu’atul asma, mansubatul asma, majruratul asma, ‘amil nawashib, ‘amil jawazim, tawabi’ dan sebagainya.
Dasar-dasar ilmu nahwu ini sangat penting dipahami, meskipun di kitab Alfiyah juga dijelaskan nantinya.
Pengarang Kitab Alfiyah
Kitab alfiyah adalah mahakarya agung dalam bidang ilmu nahwu dan shorof yang tata bahasanya memukau orang yang tahu keindahan sastra arab.
Kitab Alfiyah dikarang oleh Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy.
Beliau berasal dari daerah Andalusia yang sekarang kita kenal dengan nama Spanyol.
Dulu, wilayah Spanyol termasuk salah satu wilayah yang ditaklukan oleh Thariq bin Ziyad dan Islam berkembang pesat di sana, salah satunya muncul ulama fenomenal pengarang kitab Alfiyah ini.
Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy lebih dikenal dengan nama Ibnu Malik.
Malik adalah nama kakek beliau, dan sebutan Ibn Malik disandarkan kepada kakek beliau.
Oleh karena itu tidak heran jika kita mengenal kitab fenomenal ini dengan sebutan Alfiyah Ibnu Malik. Sama halnya dengan Imam Syafi’i yang mana syafi’i adalah bukan nama aslinya melainkan nama datuknya.
Kitab Alfiyah Ibnu Malik telah di-syarahi (diberi komentar dalam bentuk kitab tersendiri) oleh banyak ulama, salah satu syarah alfiyah yang cukup terkenal adalah Syarh Ibn ‘Aqil.
Bagi kalangan pesantren, syarh kitab Alfiyah Ibnu Malik ini tentu sangat familiar.
Daftar Isi Kitab Alfiyyah Ibn Malik
Pembagian bab-bab di kitab Alfiyyah sebagai berikut:
- Muqaddimah
- Bab Kalam dan Susunannya
- Bab Mu’rab dan Mabni
- Bab Nakirah dan Ma’rifat
- Bab Isim Alam
- Bab Isim Isyaroh
- Bab Isim Maushul
- Bab Ma’rifat dengan Alat Ta’rif
- Bab Ibtada’
- Bab Kana dan Saudara-saudaranya
- Bab Maa, Laa, Laata, dan In yang beramal Laisa
- Bab Af’aalul Muqorabah
- Bab Inna dan Saudara-saudaranya
- Bab Laa Nafi Jenis
- Bab Zhonna dan Saudara-saudaranya
- Bab A’lama dan Aroo
- Bab Isim Fa’il
- Bab Naibul Fa’il
- Bab Istighol
- Bab Fi’il Muta’adi dan Fi’il Lazim
- Bab Tanaazu’ Dalam Amal
- Bab Maf’ul Muthlaq
- Bab Maf’ul Lah
- Bab Maf’ul Fih-Zhorof
- Bab Maf’ul Ma’ah
- Bab Istitsna’
- Bab Haal
- Bab Tamyiz
- Bab Huruf Jarr
- Bab Idhofah
- Bab Mudhof kepada Ya’ Mutakallim
- Bab Amal Mashdar
- Bab Amal Isim Fa’il
- Bab Bina’ Mashdar
- Bab Bina’ Isim Fa’il, Bina’ Isim Maf’ul dan Bina’ Shifat Musyabbah
- Bab Shifat yang menyerupai Isim Fa’il
- Bab Ta’ajjub
- Bab Ni’ma, Bi’sa dan Ma yang menempati pada keduanya
- Bab Af’alut Tafdhil
- Bab Na’at
- Bab Taukid
- Bab ‘Athaf
- Bab ‘Athaf Nasaq
- Bab Badal
- Bab Nida’
- Bab Fashlun Tabi’ Munada
- Bab Munada Mudhof pada Ya’ Mutakallim
- Bab Isim-Isim yang hanya berlaku pada Nida’
- Bab Istighotsah
- Bab Nudbah
- Bab Tarkhim
- Bab Ikhtishosh
- Bab Tahdzir dan Ighro’
- Bab Isim Fi’il dan Isim Ashwat
- Bab Nun Taukid
- Bab Isim yang tidak Munshorif
- Bab I’rab Fi’il
- Bab ‘Amil Jazm
- Bab Fashl Lau
- Bab Amma, Laula dan Lauma
- Bab Khabar dari Alladzi dan Alif Lam
- Bab Hitungan
- Bab Kam, Ka’ayyin dan Kadza
- Bab Hikayah
- Bab Ta’nits
- Bab Maqshur dan Mamdud
- Bab Cara Mentatsniyah dan Menjama’kan Isim Maqshur dan Mamdud
- Bab Jama’ Taksir
- Bab Tashghir
- Bab Nasab
- Bab Waqof
- Bab Imalah
- Bab Tashrif
- Bab Tambahan Hamzah Washal
- Bab Penggantian Huruf
- Bab Fashal Penggantian Wau dari Ya‘
- Bab Fashal Berkumpulnya Wau dan Ya’
- Bab Fashal Pemindahan Harakah pada Huruf Mati Sebelumnya
- Bab Fashal Penggantian Fa’ Ifti’ala pada Ta’
- Bab Fashal Membuang Fa’ Fi’il Amar dan Fi’il Mudhori’
- Bab Idgham
- Khatimah Nadzam
Total ada 82 bagian:
80 Bab + 1 Muqaddimah + 1 penutup.
***
Pada awal nazam bab mukadimah (pendahuluan), beliau menggunakan lafal dari fiil madhi, yaitu fiil (kata kerja) yang di dalam pelaksanaannya terkandung zaman madhi (masa yang sudah lewat/terjadi).
Ini adalah hal yang tidak lazim, jika dibandingkan dengan musanif-musanif (para pengarang) kitab lain dalam mengawali penyusunan kitabnya, mereka lebih sering dan cenderung menggunakan lafal dari fiil mudhari’, yang di dalamnya terkandung zaman hal (masa yang sedang terjadi/dilakukan) atau zaman istiqbal (masa yang akan dilakukan).
Lalu apa maksud beliau (Imam Ibnu Malik) mengawali nazdom bait Alfiyyah dengan fiil madhi?
قال محمد هو ابن مالك ….
“Muhammad yakni putra Malik telah berkata”
Inilah keunikan dari beribu keunikan atau mungkin malah jutaan keunikan yang ada pada maha karya Alfiyah Ibnu Malik.
Pada halaman pertama, kita langsung disuguhi pemandangan yang berbeda dari kitab yang lain, yang mungkin bagi sebagian dari kita akan dibuat berpikir dan mengangan-angannya.
Ini menunjukkan dan bisa menjadi tolok ukur betapa tinggi kadar intelektualitas dan kecerdasan beliau, di mana pada saat beliau menyusun dan menulis kitab Alfiyah Ibnu Malik, 1000 nazdom (bait) yang menjadi isinya telah beliau simpan dalam memori otak beliau.
Dengan demikian beliau tinggal menulis dan menyusun saja sesuai apa yang telah terekam dalam memorinya.
Hal yang sangat langka dilakukan oleh musanif lain dalam menyusun sebuah karya.
Satu hal menarik lainnya terjadi pada awal penyusunan kitab Alfiyah Ibn Malik, yakni tentang mengapa dalam Alfiyah Ibnu Malik terdapat 1002 nazdom, padahal seharusnya hanya 1000 bait saja sesuai dengan namanya Alfiyah yang berarti seribu.
Setelah beliau (Imam Ibnu Malik) menyimpan semua isi kitab Alfiyah Ibnu Malik di dalam memori otak beliau, beliau pun mencoba mewujudkannya dalam bentuk susunan sebuah kitab.
Beliau tulis setiap huruf, kalimat, dan akhirnya tersusun menjadi sebuah nazam yang utuh. Begitu terus berjalan.
Namun suatu kejadian aneh terjadi, pada saat beliau sampai pada nazdom baris kelima
فائقة ألفية ابن معطي # ……………………………..
………………………… # ……….…………………….
“Kitab Alfiyyah ini lebih mengungguli kitab Alfiyah Ibnu Mu’thi”
Tiba-tiba semua hafalan dan memori dalam otak, semua rancangan 1000 nazam itu pun sirna, hilang dan beliau tidak mengingat satu huruf pun.
Kebingungan mendera dan mengusik hati beliau. Berhari-hari lamanya penulisan kitab ini terhenti.
Hingga suatu saat beliau berziarah ke makam Imam Ibnu Mu’thi. Imam Ibnu Mu’thi ini merupakan guru dari Imam Ibnu Malik.
Beliau juga memiliki kitab susunan yang berisi 1000 nazdom, yaitu lebih dikenal dengan Alfiyyah Ibnu Mu’thi.
Sebagai penghilang kesedihannya, beliau (Imam Ibnu Malik) membaca tahlil, tahmid, dan takbir di makam guru beliau tersebut. Tanpa sadar beliau tertidur disana.
Di dalam tidurnya beliau bermimpi bertemu dengan Imam Ibnu Mu’thi yang menegurnya bahwa apa yang Imam Ibnu Malik lakukan pada saat menyusun kitab Alfiyyah ini, terdapat suatu kesalahan.
Imam Ibnu Mu’thi berkata: “Wahai muridku apakah kamu lupa siapakah aku ini?”
Beliau pun terbangun dari keterjagaannya dan masih dalam kebingungan serta terkejut, beliau teringat akan sebuah nazdom terakhir yang beliau tulis. “Ya di situlah akar permasalahanya,” pikir beliau.
Di dalam nazdom terakhir yang beliau tulis, beliau menyebutkan bahwa kitab Alfiyyah yang beliau susun adalah lebih mengungguli dari kitab Alfiyah yang disusun terlebih dahulu oleh guru beliau yakni Imam Ibnu Mu’thi.
Hal ini sangat bertentangan dengan akhlak mulia, tata krama yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya.
Selanjutnya untuk menenbus kesalahan dan sebagai rasa permintaan maaf dan ampunan dari Allah Swt serta guru beliau tersebut, maka beliau pun menyusun dua nazdom di bawah ini:
وهو بسبق حائز تفضيلا # مستوجب ثنائي الجميلا
Meskipun demikian, beliau (Imam Ibnu Mu’thi) tetap memiliki kelebihan dan pantas dipuji. Sebab dalam mengarang kitab Alfiyyah, beliau lebih dahulu dari pada saya (Imam Ibnu Malik)
والله يقضي بهبات وافرة# لي وله في درجات الأخرة
Semoga Allah melipatgandakan pahala yang Allah berikan kepadaku dan kepada beliau guruku (Imam Ibnu Mu’thi) kelak di akhirat nanti.
Setelah beliau menyusun dua nazdom di atas yang menjadi ungkapan hati beliau, maka dengan izin Allah semua susunan 1.000 nazdom yang semula hilang dari ingatan memori beliau seketika itu pula kembali lagi dan Imam Ibnu Malik dapat meneruskan penyusunan kitab Alfiyyahnya.
Dari uraian cerita di atas, dapat diketahui yang semula nazdom Alfiyyah Ibnu Malik berjumlah 1.000 nazam, bertambah dua nazam pada bab Muqaddimah sehingga menjadi 1002 nazdomiyah.
Wa Allahu A’lam bis Shawab.